3 Agama Asli Masyarakat Indonesia Sebelum Hindu-Budha
3 Agama Asli Masyarakat Indonesia Sebelum Hindu-Budha - Indonesia merupakan salah satu negara yang terdiri dari berbagai budaya, agama, suku dan ras
Daftar isi
3 Agama Asli Masyarakat Indonesia Sebelum Hindu-Budha - Indonesia merupakan salah satu negara yang terdiri dari berbagai budaya, agama, suku dan ras. Dengan keanekaragaman tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara yang unik yang ada di dunia. Salah satu keragaman yang ada di negara ini adalah agama. Dari dulu Indonesia memiliki banyak aliran kepercayaan namun yang diakui hanya ada 6 agama yaitu Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Budha, dan Konghucu.
Meskipun sudah ada 6 agama Indonesia yang diakui oleh pemerintah, namun sebagian masyarakat masih percaya dan yakin dengan kepercayaan dari para leluhurnya. Sebagai contoh didalam agama Islam, dalam setiap perayaan keagamaan, masih ada yang memegang nilai-nilai historis dari leluhur mereka. Sehingga ada sedikit perbedaan dalam perayaan keagamaan tersebut. Misalkaan beda hari, beda cara, atau kebiasaan. Namun dengan niat dan tujuan yang sama.
Begitu juga di agama-agama yang lainnya. Seperti agama Kristen, ada 2 ajaran yang tujuannya adalah sama. Agama Kristen Katolik dan Protestan. Namun disetiap perbedaan tersebut tetap memiliki nilai-nilai dan prinsip yang sama didalam setiap ajaran agama masing-masing.
Ternyata berdasarkan sejarah, perbedaan dan keyakinan dalam beragama itu sudah ada sejak zaman dahulu. Dimana agama merupakan unsur tertinggi dalam kehidupan bermasyarakat yang berpedoman pada nilai-nilai sosial dan budaya yang berbeda di seluruh Indonesia.
Dengan adanya perbedaan tersebut, ada perbedaan keyakinan yang dianut oleh setiap masyarakat di Indonesia. Dan sebelum agama Hindu-Budha datang ke Indonesia pada abad ke-4, sudah ada agama yang menjadi kepercayaan masyarakat di Indonesia.
1. Kaharingan
Kaharingan adalah agama yang dianut oleh Suku Dayak di Kalimantan. Untuk penyebutan sang pencipta, didalam agama ini ada 3 penyebutan yang dilakukan oleh masyarakat disana sesuai dengan masing-masing wilayah. Misalkan di Barito, Tuhan disebut Yustu Ha Latalla dan di Kotawaringin Barat disebut Sanghyang Dewata.
Namun untuk penyebutan sang Pencipta, masyarakat Kaharingan sama-sama memiliki satu sebutan yaitu Ranying Hatalla Langit (Kuasa yang Maha Besar). Begitu juga pelaksanaan ibadahnya, masyarakat Kaharingan melakukan ibadah setiap hari Kamis.
Namun karena hanya ada 6 agama yang diakui oleh pemerintah, akhirnya pada tahun 1980, agama Kaharingan masuk menjadi agama Hindu karena memiliki persamaan dalam hal ritual keagamaan.
2. Marapu
Marapu adalah agama asli yang dianut oleh masyarakat Indonesia. Agama ini dianut oleh masyarakat Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Sistem kepercayaan ini adalah melakukan ritual pemujaan untuk para arwah leluhur mereka. Sesuai namanya Marapu sendiri merupakan bahasa Sumba yang artinya arwah leluhur.
Selain menempatkan arwah leluhur sebagai wujud keyakinan dalam kepercayaan mereka. Pemeluk agama Marapu juga memiliki berbagai simbol kepercayaan. Simbol-simbol kepercayaan ini mereka wujudkan dalam dalam bentuk hewan.
Misalkan kerbau sebagai simbol keberanian, ayam dan babi sebagai simbol kepemimpinan, kuda sebagai simbol jangan sombong dan udang sebagai simbol kehidupan setelah kematian. Simbol-simbol ini biasanya mereka pasang pada batu-batu nisan.
3. Sunda Wiwitan
Agama Sunda Wiwitan dianut oleh etnis Sunda yang sudah ada sebelum agama Hindu-Budha masuk ke Indonesia. Beberapa wilayah yang menganut agama ini yaitu wilayah Banten, Kuningan, Kanekes, Cigugur, dan Kampung Naga.
Dalam ajaran agama Sunda Wiwitan, para penganut agama ini memuja kekuatan alam dan arwah leluhur mereka.
Itulah 3 agama asli masyarakat Indonesia yang sebagian besar masih menjadi keyakinan dan kepercayaan mereka hingga saat ini. Khususnya para sesepuh di daerah mereka. Dan tidak menutup kemungkinan para generasi mereka masih ada yang meyakininya juga.
Apapun agama yang ada di Indonesia, seyogyanya kita tetap saling menghormati dan saling menghargai. Tidak ada tuduhan apapun terhadap keyakinan yang mereka lakukan. Dengan begitu, kehidupan bersosial ini akan terjalin dengan harmonis.