Skip to main content
Menu

Kronologis Kejadian Penganiayaan Terhadap Perawat RS Siloam

Kronologis Kejadian Penganiayaan Terhadap Perawat RS Siloam

Kronologis kejadian penganiayaan terhadap perawat RS Siloam akhirnya pihak RS angkat bicara dengan adanya insiden yang dialami perawat disana

Daftar isi
Baca Juga
Kronologis Kejadian Penganiayaan Terhadap Perawat RS Siloam

Kronologis kejadian penganiayaan terhadap perawat RS Siloam akhirnya pihak RS angkat bicara dengan adanya insiden yang dialami salah satu perawat disana. Penganiayaan itu sendiri dilakukan oleh keluarga pasien yang rawat inap di rumah sakit Siloam Sriwijaya yang sebenarnya terjadi pada hari Kamis siang tanggal 15 April 2021.

Berdasarkan info dari Palembang Express, juru bicara dari pihak rumah sakit memberikan keterangan dan menjelaskan kronologis kejadian penganiayaan terhadap salah satu perawat disana. Benedikta B.B dan dipanggil Tata yang sekaligus sebagai Nursing Development & Clinical Operations Division Head RS Siloam Sriwijaya memberikan penjelasan terkait kejadian tersebut.

Kronologis kejadian penganiayaan perawatan RS Siloam yang terjadi pada hari Kamis pukul 10 - 11 siang itu terjadi saat perawat melakukan pelepasan infus kepada pasien anak yang masih berusia 2 tahun. Namun perawat tersebut mendapat perlakuan yang sangat kasar dan tidak berperikemanusiaan. Pelepasan infus dilakukan karena pasien boleh pulang, namun sesaat setelah infus dilepas dan dilakukan penutupan bekas infus dengan kapas dan di plester ternyata darah keluar.

Menurut Tata, pelepasan infus sendiri sudah sesuai dengan SOP yaitu menggunakan kapas alkohol dan di plester. Namun karena pasien masih anak-anak yang sedang aktif-aktifnya membuat plester terlepas dan darah keluar dari bekas infus tersebut. Melihat kejadian yang menimpa anaknya yang keluar darah tersebut membuat ibu dari anak tersebut panik.

Ibu dari anak tersebut berteriak dan melakukan komplain. Dan dengan waktu yang sama, pihak ruangan yang menjadi tempat pasien di rawat inap langsung melakukan tindakan dan memberikan penanganan dengan mengganti kapas alkohol dan melakukan pembebatan dengan plester serta membersihkan darah yang keluar sebelumnya. Semua tindakan tersebut langsung dilakukan oleh Kepala Ruangan dan perawat tersebut.

Namun alih-alih mengucapkan terimakasih, pihak keluarga dari pasien anak tersebut yaitu ibunya masih tidak terima dan mengadukan kejadian yang dialami anaknya kepada suaminya. Saat suaminya datang pada jam 2 siang, dia langsung menanyakan perawat yang melakukan pelepasan infus tersebut. Bersama dengan kepala ruangan dan Duty Manager, perawat tersebut datang keruangan pasien.

Belum sempat memberikan penjelasan, bapak dari pasien anak tersebut langsung melakukan tindakan kekerasan dengan cara menampar perawat, menjambak rambut perawat tersebut sehingga membuat perawat terjatuh. Padahal pada saat tindakan kekerasan yang dilakukan bapaknya pasien tersebut, perawat sudah meminta maaf dengan cara bersujud, namun perawat ditendang.

Pada waktu kejadian sesuai dengan video yang viral tersebut, banyak orang yang sudah menenangkan bapak dari anak tersebut. Namun karena emosi dan amarah serta tidak bisa mengontrol dirinya, orang tua anak ini tetap marah-marah dan bahkan memarahi orang-orang yang menengahi kejadian tersebut.

Kini kejadian yang menimpa perawat tersebut sudah viral di sosial media, khususnya video yang merekam kejadian tersebut.

Sungguh sangat disayangkan, karena alasan panik dari masalah yang sebenarnya sangat bisa ditangani dengan baik tersebut, pihak keluarga menjadi emosi dan marah-marah. Padahal waktu itu menurut keterangan dari pihak RS, pasien anak atau anak dari kedua orang tua tersebut rencana pulang namun kejadian lain menimpa perawat dan pihak RS.

Instropkesi Diri

Padahal kalau kita mengingat saat pertama kali ingin mendapatkan penanganan, pengobatan dan perawatan saat masuk RS karena kondisi pasien yang membutuhkan penanganan, seharusnya sebagai pasien yang mendapatkan fasilitas kesehatan berterimakasih kepada pihak RS, khususnya kepada tenaga medis yang telah membantu melakukan perawatan.

Namun sayangnya masih banyak dari mereka yang mengabaikan semua pelayanan yang telah diberikan oleh pihak RS kepada mereka. Saat datang ke rumah sakit melalui IGD atau poli rawat jalan, ada yang minta segera ditangani dengan baik bahkan sampai ada yang marah-marah, padahal pasien sudah ditangani oleh dokter dan perawat.

Dan ketika mereka sudah mendapatkan pengobatan dan perawatan, semua yang diberikan oleh pihak RS seakan-akan hanya sebuah kamuflase saja yang mudah hilang dan tidak ada bentuknya. Dan melupakan kejadian awal saat masuk rumah sakit...

Semoga kejadian-kejadian yang menimpa rumah sakit khususnya pada dokter, perawat dan bidan tidak terjadi lagi dan semoga keluarga pasien tetap dengan hati yang sabar tanpa harus emosi selama mendapatkan perawatan dan pengobatan. Sungguh merawat orang sakit itu bukan lah pekerjaan yang mudah, apalagi pasien-pasien dalam fase kritis. Tenaga medis dengan segala usaha sangat menginginkan yang terbaik untuk pasien dan keluarga pasien. Namun ketika pengobatan gagal dilakukan, apakah harus menyalahkan tenaga medis?

Karena tenaga medis, dokter, perawat, dan bidan bukan lah malaikat, mereka hanya berusaha yang terbaik untuk semua pasien dan keluarga pasien dalam setiap tindakan dan pekerjaan mereka. Mereka juga tidak menginginkan hal-hal buruk terjadi kepada pasien...