Skip to main content
Menu

Matinya Surat Kabar (Koran) Karena Sosial Media, Bagaimana Dengan Blog?

Matinya Surat Kabar (Koran) Karena Sosial Media, Bagaimana Dengan Blog?

Akan tetapi semuanya berubah seiring muncul ponsel dan sosial media, terutama ponsel yang menjadi cikal bakal matinya surat kabar secara perlahan

Daftar isi
Baca Juga

Pernah penasaran nggak dulu waktu koran atau surat kabar masih menjadi media informasi berita? Misalkan ada pertandingan sepakbola Liga Inggris Man U vs Arsenal, jika kalian sebagai gibol atau gila bola akan mencari dan membeli atau menanti surat kabar di tempat kerja atau di tetangga yang langganan surat kabar.

Matinya Surat Kabar (Koran) Karena Sosial Media, Bagaimana Dengan Blog

Hasil pertandingan sepak bola di surat kabar atau koran yang biasanya ada di halaman tengah, menjadi berita utama yang dibaca terlebih dulu. Apalagi jika ada jadwal pertandingan atau poster pemain, pasti bakalan di gunting dan di tempel di kamar.

Itu dulu, untuk mendapatkan informasi secara up to date atau langsung, masih nunggu 1 hari atau bahkan beberapa hari dan satu-satunya media yang menampilan berita tersebut adalah koran atau surat kabar. Kalau pun melalui internet, itu pun harus ke warnet yang ada di kota.

Yaaa dulu banget, koran itu ibarat "jendela dunia". Setiap pagi, orang-orang selalu nungguin loper koran datang. Bahkan, di warung kopi atau kantor-kantor, koran selalu jadi bahan obrolan seru. Semua berita penting, mulai dari politik sampai olahraga, ada di situ.

Banyak juga orang yang sampai langganan koran tiap hari. Bukan cuma buat baca berita, tapi juga karena koran jadi simbol "orang melek informasi". Pokoknya, punya koran di meja itu kayak bukti kalau kita update banget sama dunia.

Nggak ketinggalan, koran juga jadi media promosi yang ampuh. Banyak pengusaha atau toko kecil yang pasang iklan di koran buat naikin omzet. Siapa sih yang nggak baca koran waktu itu? Akan tetapi semuanya berubah seiring muncul ponsel dan sosial media, terutama ponsel yang menjadi cikal bakal matinya surat kabar secara perlahan-lahan.

Pergeseran Minat Baca dari Cetak ke Digital

Seiring waktu, teknologi makin canggih. Internet muncul, terus lahirlah media sosial kayak Facebook, Twitter, dan Instagram. Orang-orang jadi lebih suka baca berita atau update di ponsel mereka ketimbang pegang koran. Praktis, cepat, dan lebih murah.

Banyak surat kabar cetak yang akhirnya gulung tikar. Sebabnya? Pendapatan dari iklan menurun drastis karena pengiklan lebih milih platform digital yang lebih luas jangkauannya. Di sisi lain, konten digital lebih cepat diakses, jadi pembaca koran perlahan-lahan pindah ke media online.

Penyebab Utama Penurunan Popularitas Koran

Selain itu, media sosial memberikan ruang untuk semua orang jadi "wartawan". Informasi bisa langsung disebar tanpa harus lewat redaksi dulu. Tapi ya, di sinilah tantangannya: informasi di media sosial kadang nggak akurat, bahkan hoaks.

Koran cetak akhirnya kalah bersaing dalam hal kecepatan dan fleksibilitas. Padahal, dulu koran punya posisi kuat sebagai sumber informasi terpercaya.

Apakah Koran Masih Efektif Sebagai Media Promosi?

Kalau ngomongin promosi lewat koran zaman sekarang, rasanya nggak seampuh dulu. Kenapa? Pembaca koran cetak sekarang udah jauh berkurang. Orang lebih banyak lihat iklan di media sosial atau Google Ads. Jangkauannya juga lebih luas dan bisa disesuaikan sama target pasar.

Meski begitu, koran masih punya kelebihan, lho. Iklan di koran tetap terlihat eksklusif, apalagi untuk pembaca loyal. Beberapa sektor bisnis tertentu, kayak properti atau otomotif, masih suka pakai koran buat promosi karena dianggap lebih formal dan profesional.

Strategi Promosi yang Lebih Efektif

Tapi ya, kalau mau efektif, promosi harus mulai diarahkan ke platform digital. Iklan online sekarang lebih personal dan bisa diukur hasilnya dengan data yang jelas. Kalau tetap mau pakai koran, sebaiknya dikombinasikan dengan strategi digital biar lebih maksimal.

Perlukah Koran Online Dikembangkan?

Koran online sebenarnya punya potensi besar, apalagi kalau dikelola dengan baik. Di tengah gempuran media sosial, koran online bisa jadi alternatif buat pembaca yang pengen informasi valid dan terpercaya.

Salah satu cara menarik minat baca adalah dengan membuat konten yang engaging. Artikel pendek, infografis, atau video berita bisa jadi pilihan. Pembaca sekarang suka sesuatu yang cepat, visual, dan langsung ke poinnya.

Kombinasi Media Sosial dan Koran Online

Media sosial juga bisa dimanfaatkan untuk mempromosikan koran online. Postingan teaser berita atau link artikel bisa menarik pembaca buat klik dan baca lebih lanjut. Jadi, media sosial nggak selalu jadi "musuh" koran, tapi bisa jadi partner yang saling melengkapi.

Bagaimana Dengan Blog?

Pada artikel sebelumnya, saya menulis artikel dengan judul Apakah Ngeblog Masigh Relevan di 2025?, sebuah artikel tentang kondisi perbloggeran saat ini. Meskipun kondisi perbloggeran terlihat tidak secrah dulu, tapi ngblog tetap menjadi solusi untuk memberikan informasi dan akan selalu tetap eksis!

Kalau koran mulai kehilangan pembaca, blog justru tetap eksis. Kenapa? Blog punya fleksibilitas dan personalisasi yang tinggi. Blogger bisa menulis dengan gaya mereka sendiri, jadi pembaca merasa lebih dekat.

Selain itu, blog juga sering muncul di hasil pencarian Google. Dengan teknik SEO yang tepat, blog bisa bersaing dengan media besar. Jadi, buat yang suka nulis atau pengen sharing informasi, blog masih jadi platform yang menarik.

Potensi Blog di Masa Depan

Ke depan, blog punya peluang besar untuk terus berkembang. Apalagi kalau dikombinasikan dengan media sosial dan konten multimedia. Blogger juga bisa memanfaatkan teknologi kayak podcast atau video untuk menambah variasi konten.

Koran memang mengalami penurunan popularitas sejak munculnya media sosial dan konten digital. Tapi, ini bukan akhir dari dunia informasi. Koran online bisa dikembangkan untuk tetap relevan, sementara blog tetap punya tempat di hati pembaca karena fleksibilitas dan personalisasinya.

Jadi, baik koran maupun blog, kuncinya adalah adaptasi. Kalau bisa mengikuti perkembangan zaman dan kebutuhan pembaca, keduanya tetap bisa bertahan di tengah perubahan yang cepat ini.