Skip to main content

Bootstrapping vs Crowdfunding: Strategi Pendanaan Bisnis di Era Digital

Bootstrapping vs Crowdfunding: Strategi Pendanaan Bisnis di Era Digital

Bootstrapping vs Crowdfunding: Strategi Pendanaan Bisnis di Era Digital

Daftar isi
Baca Juga

Saat ini, membangun bisnis tidak lagi membutuhkan modal ratusan juta seperti dulu. Dengan adanya internet, media sosial, dan platform digital, banyak orang bisa memulai bisnis dengan modal kecil atau bahkan tanpa modal sama sekali.

Bootstrapping vs Crowdfunding: Strategi Pendanaan Bisnis di Era Digital

Namun, satu pertanyaan besar yang pastinya selalu muncul untuk pertama kalinya yaitu bagaimana cara mendapatkan modal yang cukup untuk mengembangkan bisnis?

Di dunia yang semakin terhubung secara digital ini, banyak pelaku bisnis yang merasa bisa memulai usaha dengan biaya minimal berkat kemajuan teknologi. Jika dahulu untuk memulai bisnis harus mencari investor besar atau pinjaman bank, sekarang ada banyak alternatif yang lebih fleksibel, seperti bootstrapping dan crowdfunding.

Jangan melakukan pinjamanonline ya, kalau dibilang gak boleh ya haram karena kalau membuka usaha dengan cara pinjam online atau pinjam bank, ya sama saja menyusahkan diri dan bisnis tidak bakalan berkembang!

Kedua metode pendanaan ini sering digunakan oleh startup dan bisnis kecil yang ingin berkembang tanpa harus mengandalkan bank atau investor besar. Kedua metode ini bisa memberikan kesempatan besar untuk para pengusaha muda, terutama Gen Z, yang ingin memulai bisnis dengan dana terbatas.

Namun, sebelum memilih salah satunya, kamu harus pahami dulu tentang apa itu bootstrapping dan crowdfunding, bagaimana cara memulainya, serta apa saja keuntungan dan tantangan yang ada.

Apa Itu Bootstrapping?

Bootstrapping adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan pendanaan bisnis yang dilakukan secara mandiri, tanpa melibatkan pihak luar seperti investor atau pinjaman dari bank. Kamu mengandalkan tabungan pribadi atau keuntungan dari bisnis kecil yang sudah berjalan untuk membiayai pertumbuhan bisnis.

Banyak perusahaan besar yang dulu memulai dengan cara ini, dan bahkan sampai sekarang tetap menggunakan strategi bootstrapping untuk menjaga independensi mereka. Contoh bisnis yang menggunakan bootstrapping dengan sukses adalah Warung Kopi Tepi Laut. Mereka memulai usahanya dengan modal dari tabungan pribadi pemilik, dan kini menjadi salah satu warung kopi paling terkenal di kota mereka.

Cara Memulai Bootstrapping

Hal pertama yang harus dilakukan ya harus sabar karena dengan cara ini semuanya dimulai nol, benar-benar dari awal

  • Gunakan Sumber Daya yang Sudah Ada
    Mulai dengan menggunakan aset yang sudah kamu miliki. Jika kamu seorang fotografer, misalnya, kamu bisa menggunakan kamera dan peralatan yang ada. Jika kamu seorang penulis, manfaatkan perangkat yang sudah dimiliki untuk mulai menulis dan menawarkan jasa kepada klien.
  • Fokus pada Pendapatan Pertama
    Jangan terburu-buru membangun bisnis besar. Fokus pada menghasilkan uang dari bisnis pertama dan gunakan pendapatan itu untuk investasi kembali ke dalam bisnis. Jika kamu seorang desainer, tawarkan layanan desain grafis atau jasa logo untuk mulai mendapatkan penghasilan.
  • Gunakan Media Sosial untuk Promosi
    Media sosial adalah alat yang sangat efektif untuk promosi tanpa biaya besar. Kamu bisa memulai dengan Instagram, TikTok, dan Facebook untuk membangun audiens dan mendapatkan pelanggan pertama.
  • Manajemen Keuangan yang Ketat
    Dengan modal terbatas, kamu perlu mengelola keuangan dengan sangat hati-hati. Pisahkan pengeluaran pribadi dan bisnis, dan selalu catat setiap pemasukan dan pengeluaran untuk meminimalkan risiko kehabisan dana.

Apa Itu Crowdfunding?

Sementara bootstrapping mengandalkan modal pribadi, crowdfunding memungkinkan kamu untuk mendapatkan pendanaan dari banyak orang dalam jumlah kecil, biasanya melalui platform digital. Melalui crowdfunding, kamu bisa mendapatkan dana untuk mengembangkan produk baru atau memulai proyek yang belum terwujud.

Di Indonesia, crowdfunding mulai berkembang pesat, salah satu contohnya adalah Kitabisa dan GoFundMe. Melalui platform ini, banyak orang yang berhasil mendapatkan dana untuk membiayai bisnis atau proyek sosial mereka.

Jenis-jenis Crowdfunding

Untuk memulai Crowdfunding ini ada beberapa kriteria yang bisa kamu gunakan sesuai dengan tujuan bisnis kamu, pastikan tujuan ini sesuai dengan apa yang kamu tetapkan dari awal. Jangan hanya asal dulu, asal coba, ini itu...

  • Reward-based Crowdfunding
    Di sini, orang yang berpartisipasi dalam kampanye crowdfunding mendapatkan produk atau layanan tertentu sebagai hadiah. Contohnya, seorang pengusaha yang ingin meluncurkan produk baru seperti sepatu ramah lingkungan bisa menawarkan sepatu edisi terbatas kepada pendukung mereka yang memberikan dana.
  • Equity Crowdfunding
    Dengan jenis ini, para pendukung yang memberikan dana akan memperoleh saham atau kepemilikan bisnis. Ini sering digunakan oleh startup yang membutuhkan modal besar untuk skala lebih besar.
  • Debt Crowdfunding (P2P Lending)
    Di sini, individu memberikan pinjaman kepada bisnis yang kemudian akan dibayar kembali dengan bunga. Sistem ini sangat cocok untuk bisnis yang sudah berjalan dan membutuhkan tambahan modal untuk ekspansi.
  • Donation-based Crowdfunding
    Crowdfunding jenis ini sering digunakan untuk proyek sosial, seperti penggalangan dana untuk anak yatim atau korban bencana. Meskipun tidak mengharapkan imbalan, ini tetap merupakan bentuk dukungan finansial dari banyak orang.

Mana yang Cocok untuk Gen Z?

Gen Z, yang lahir antara 1997 hingga 2012, memiliki keuntungan besar dalam dunia bisnis digital. Dengan keterampilan teknologi yang mumpuni dan keakraban mereka dengan media sosial, Gen Z dapat memanfaatkan kedua metode pendanaan ini dengan efektif.

Kapan Memilih Bootstrapping?

Bootstrapping lebih cocok bagi mereka yang ingin mengendalikan penuh bisnis tanpa melibatkan pihak luar. Biasanya, pengusaha yang memilih bootstrapping sudah memiliki pengalaman atau keterampilan dalam bidang yang mereka tekuni. Keuntungan dari bootstrapping adalah kamu tidak perlu berbagi saham atau mengambil risiko besar dengan pinjaman.

Contoh di Indonesia adalah Jurnal by Mekari, yang dimulai dari modal kecil dan kini berkembang menjadi salah satu software akuntansi terkemuka. Bisnis ini mengandalkan pendapatan berulang (recurring revenue) yang digunakan untuk mengembangkan produk.

Kapan Memilih Crowdfunding?

Jika kamu memiliki ide inovatif yang memerlukan modal besar, crowdfunding adalah pilihan yang baik. Misalnya, kamu bisa membuat produk teknologi seperti perangkat wearable atau aplikasi mobile, dan membutuhkan dana untuk riset dan produksi.

Dengan crowdfunding, kamu bisa menawarkan imbalan menarik bagi para pendukung seperti produk eksklusif, dan dalam waktu singkat bisa mengumpulkan dana yang dibutuhkan.

Contoh bisnis di Indonesia yang berhasil lewat crowdfunding adalah Bubur Ayam Mas Gendut, yang memanfaatkan platform Kitabisa untuk menggalang dana guna ekspansi ke kota lain.

Tantangan dalam Bootstrapping dan Crowdfunding

Namanya juga akan memulai sesuatu yang baik dan penuh kreatifitas, tentunya semuanya tidak lepas dari berbagai hal yang juga harus dihadapi, tidak hanya dari modal, semangat dan dukungan orang terdekat itu juga diprlukan. Dan beberapa hal yang juga perlu diperhatikan yaitu:

Tantangan Bootstrapping:

  • Modal Terbatas
    Tanpa investor atau pinjaman, kemampuan untuk mempercepat pertumbuhan bisnis sangat bergantung pada pendapatan internal. Jika pendapatan bisnis tidak stabil, pengusaha harus sabar dan siap berjuang lebih keras.
  • Kesulitan dalam Mengatur Cash Flow
    Pengusaha yang menggunakan bootstrapping sering kali terjebak dalam persoalan cash flow karena mereka harus mengelola semua pengeluaran dan pendapatan secara mandiri.
  • Bisnis Bisa Terlambat Berkembang
    Karena tergantung pada pendapatan yang diperoleh, perkembangan bisnis bisa sangat lambat, terutama di pasar yang kompetitif.

Tantangan Crowdfunding:

  • Kampanye yang Tidak Sukses
    Tidak semua kampanye crowdfunding berhasil mencapai target dana yang ditetapkan. Tanpa strategi pemasaran yang tepat, kampanye bisa gagal dan dana yang terkumpul sedikit atau tidak ada sama sekali.
  • Memerlukan Waktu dan Usaha untuk Membangun Kepercayaan
    Crowdfunding bergantung pada kepercayaan publik. Jika orang tidak yakin dengan kualitas produk atau proyek yang ditawarkan, mereka tidak akan tertarik untuk berinvestasi.
  • Biaya Platform
    Platform crowdfunding sering kali mengambil persentase dari dana yang terkumpul, jadi kamu harus memperhitungkan biaya ini dalam anggaran.

Pilihan antara bootstrapping dan crowdfunding tergantung pada tujuan bisnis dan sumber daya yang dimiliki.

  • Bootstrapping lebih cocok untuk kamu yang ingin memulai secara mandiri dengan modal terbatas, dan tetap mengendalikan bisnis sepenuhnya tanpa perlu berbagi saham. Namun, kamu harus siap untuk berkembang dengan langkah-langkah kecil dan stabil.
  • Crowdfunding lebih cocok untuk bisnis yang membutuhkan modal lebih besar atau memiliki ide produk yang bisa menarik banyak orang. Dengan promosi yang tepat, kamu bisa mendapatkan dukungan finansial dari banyak orang yang ingin melihat produk atau proyekmu sukses.

Gen Z, dengan kecanggihan teknologi dan kreativitas yang tinggi, sangat mampu untuk memulai bisnis dengan kedua metode ini, bahkan bisa sukses besar seperti contoh-contoh yang sudah ada. Yang terpenting adalah menemukan ide yang unik, memiliki niat yang kuat, dan selalu siap beradaptasi dengan perubahan.

Baca Juga...