Skip to main content

Nama Jenis Genre Film yang Tidak Kamu Ketahui Sebelumnya!

Nama Jenis Genre Film yang Tidak Kamu Ketahui Sebelumnya!

Mengapa jenis genre film punya nama berbeda? Mulai dari Aksi sampai Giallo, yuk cari tahu asal-usul dan evolusinya!

Daftar isi
Baca Juga

Pernah nggak sih kepikiran kenapa genre film itu punya banyak banget nama jenisnya? Ada yang disebut Aksi, Komedi, Drama, terus tiba-tiba muncul istilah aneh kayak Mumblecore atau Giallo. Bagi yang suka nonton film, mungkin cuma sekadar lihat ceritanya tanpa terlalu mikirin label-label ini.

Tapi kalau dipikir-pikir, nama-nama itu nggak muncul begitu aja. Mereka punya cerita sendiri, dari zaman dulu sampai sekarang, dan bikin dunia perfilman jadi jauh lebih berwarna.

Nama Jenis Genre Film yang Tidak Kamu Ketahui Sebelumnya

Jenis genre film ibarat kotak-kotak yang membantu kamu mengelompokan film berdasarkan rasa atau vibe-nya. Misalnya, kalau lagi pengen ketegangan, kita cari Aksi. Kalau lagi butuh ketawa, Komedi jadi pilihan.

Tapi lama-lama, kotak-kotak itu nggak cukup buat nampung semua kreativitas sineas. Makanya, mulai bermunculan nama-nama baru yang lebih spesifik, yang kadang bikin kita garuk kepala saking uniknya. Nah, perbedaan nama ini ternyata ada alasannya, dan asyik banget buat dikulik.

Bayangin perfilman itu kayak pohon besar. Dahan utamanya adalah genre-genre klasik kayak Aksi, Drama, atau Horor. Terus, dari dahan itu tumbuh ranting-ranting kecil yang lebih detail, kayak Neo-Noir, Slow Cinema, atau Cyberpunk.

Nama-nama ini beda karena mereka lahir dari konteks yang beda-beda pula—ada yang dari sejarah, budaya, atau bahkan cuma eksperimen sineas yang pengen beda. Jadi, nggak heran kalau sekarang kita punya puluhan jenis genre film yang kadang bikin bingung tapi juga seru.

Terus, kenapa sih nama-nama ini penting? Ya, selain buat bantu kita milih film di bioskop atau platform streaming, mereka juga nunjukin gimana film itu berevolusi bareng zaman.

Dari yang awalnya cuma buat hiburan sederhana, sekarang jadi cerminan budaya, teknologi, bahkan cara berpikir manusia. Makanya, ngobrolin perbedaan nama genre tuh nggak cuma soal label, tapi juga soal cerita di balik layar yang nggak kalah menarik dari filmnya sendiri.

Asal Mula Nama Genre Klasik

Nama-nama kayak Aksi, Komedi, atau Drama tuh udah ada sejak jaman baheula, bahkan sebelum film jadi media populer. Asalnya dari teater Yunani Kuno, di mana cerita dibagi jadi dua: komedi yang lucu dan tragedi yang sedih.

Pas film muncul di akhir abad 19, istilah-istilah ini langsung diadopsi. Aksi sendiri mulai populer di era film bisu, waktu orang-orang suka liat adegan kejar-kejaran atau stunt keren tanpa dialog. Simpel, tapi efektif buat narik penonton.

Drama, misalnya, lebih ke soal emosi dan konflik batin. Nama ini dipilih karena emang bikin penonton dramatis sama ceritanya—bisa nangis, bisa kesel. Sementara Komedi, ya jelas, dari kata “comic” yang artinya lucu. Nama-nama ini sengaja dibikin pendek dan gampang diinget supaya semua orang, dari penonton biasa sampe produser, bisa langsung paham. Makanya, mereka jadi fondasi utama jenis genre film yang kita kenal sekarang.

Munculnya Subgenre dan Gaya Baru

Tapi dunia nggak berhenti di situ. Pas perfilman mulai berkembang, apalagi di abad 20, sineas mulai ngerasa genre klasik itu terlalu luas. Misalnya, Drama doang nggak cukup buat jelasin film detektif gelap kayak The Maltese Falcon.

Dari situ lahirlah film noir, yang kemudian berevolusi lagi jadi Neo-Noir di era modern. Nama Noir (hitam dalam bahasa Prancis) dipilih karena estetikanya yang gelap dan muram, cocok sama cerita kriminal yang penuh misteri.

Terus ada juga yang lebih spesifik lagi, kayak Mumblecore. Istilah ini muncul di awal 2000-an dari komunitas indie di Amerika. Mereka bikin film dengan budget kecil, dialog santai yang kayak orang ngobrol beneran, dan cerita tentang kehidupan sehari-hari yang nggak bombastis.

Nama “Mumble” dateng dari gaya bicara karakternya yang sering cuma gumam-gumam, nggak jelas, tapi malah bikin penonton ngerasa deket sama ceritanya.

Kenapa Satu Genre Dinamakan Begitu?

Pernah nggak penasaran kenapa satu genre tertentu dinamakan begitu? Ambil contoh “Giallo”. Genre ini asli dari Italia, populer di tahun 1960-an sampe 1980-an. Nama “Giallo” artinya “kuning” dalam bahasa Italia, dan asalnya dari novel-novel misteri murah yang dijual dengan sampul kuning.

Pas diadaptasi ke film, Giallo jadi identik sama cerita pembunuhan yang penuh gaya—pencahayaan warna-warni, musik ngejreng, dan adegan sadis yang dibikin artsy. Jadi, nama ini bener-bener nyambung sama akar budayanya.

Contoh lain, “Cyberpunk”. Nama ini gabungan dari cyber (teknologi canggih) dan “punk” (pemberontakan atau kekacauan). Muncul di fiksi ilmiah tahun 1980-an, genre ini ngangkat dunia dystopia di mana teknologi mutakhir malah bikin hidup manusia jadi suram—bayangin kota penuh neon tapi orang-orangnya miskin dan tertekan.

Nama “Cyberpunk” dipilih karena bikin orang langsung kebayang vibe-nya: futuristik tapi rebellious. Keren, kan, gimana nama bisa nyanyi sendiri tentang ceritanya?

Peran Budaya dan Sejarah

Nama genre film juga banyak dipengaruhi budaya dan sejarah tempat asalnya. Jidaigeki, misalnya, adalah istilah Jepang yang artinya drama periode. Film-film ini biasanya berlatar era samurai, penuh sama pedang, kehormatan, dan konflik feodal.

Nama ini lahir karena Jepang punya sejarah panjang soal samurai yang emang ikonik banget, dan mereka pengen bedain dari Drama biasa yang lebih modern.

Di sisi lain, Spaghetti Western tuh dateng dari Italia juga, tapi beda konteks. Di tahun 1960-an, sutradara Italia kayak Sergio Leone bikin film koboi ala Amerika, tapi dengan gaya yang lebih kasar dan dramatis.

Karena dibikin di Italia, orang Amerika manggilnya “Spaghetti” Western—nyambung sama makanan khas Itali. Nama ini awalnya cuma bercanda, tapi akhirnya nempel dan jadi genre sendiri.

Evolusi Bersama Zaman

Perbedaan nama genre juga gara-gara zaman yang terus berubah. Dulu, film cuma perlu Aksi atau Komedi buat hiburan simpel. Tapi pas teknologi dan cara pandang orang berubah, genre baru bermunculan.

Found Footage, misalnya, lahir bareng populernya kamera murah di akhir 1990-an. Film kayak The Blair Witch Project pake gaya rekaman asli biar penonton ngerasa takut sekaligus nyata, dan nama Found Footage dipilih karena emang ceritanya pura-pura ketemu dari rekaman yang hilang.

Terus ada Slow Cinema, yang malah kebalikan dari film cepet Hollywood. Sineas kayak Béla Tarr bikin film dengan tempo super lambat, penuh long takes, biar penonton ngeresepin tiap detiknya.

Nama “Slow” dipilih karena emang bikin orang sabar, tapi juga ngasih pengalaman beda dari Aksi atau Thriller yang serba cepet.

Pentingnya Nama dalam Industri

Nama-nama ini nggak cuma estetika doang, tapi juga punya fungsi gede di industri. Genre klasik kayak Aksi atau Horor gampang dijual ke penonton massal—tinggal bilang "film laga terbaru" atau "horor bikin merinding".

Tapi subgenre kayak Mockumentary atau Exploitation lebih ke pasar khusus, buat yang emang suka film unik atau kultus. Nama yang beda bantu produser dan penonton nyambungin ekspektasi mereka.

Misalnya, bilang Cyberpunk langsung bikin orang kepikiran Blade Runner atau The Matrix. Atau “Giallo” bikin fans horor artsy langsung nyanyi lagu-lagu Dario Argento. Nama itu jadi semacam kode rahasia yang bikin film punya identitas, sekaligus bantu promosi tanpa harus jelasin panjang lebar.

Jadi, kenapa nama jenis genre film bisa beda-beda? Ya karena mereka lahir dari tempat, waktu, dan tujuan yang nggak sama. Ada yang dari teater kuno, ada yang dari budaya lokal, ada juga yang cuma gara-gara sineas pengen eksperimental.

Dari Aksi yang simpel sampe Giallo yang penuh warna, tiap nama punya cerita sendiri yang bikin dunia film jadi kaya banget. Next time nonton, coba deh perhatiin labelnya—siapa tahu ada kisah seru di balik nama itu!

Baca Juga...